Gelas Kaca


Sudah kubilang, jangan menaruh gelas itu terlalu tinggi!

Minggu kelabu. Kuputuskan untuk pergi ke pasar malam. Sendiri. Mencoba menjernihkan pikiranku yang sedang kalut. Ramainya pasar malam ternyata tak membuat pikiranku jauh lebih baik. Arrghh! Ternyata aku sudah salah tempat.

Kulihat seorang anak kecil yang merengek meminta permen kapas warna-warni kepada ibunya. Tetapi nampaknya keinginannya tak dapat dikabulkan oleh sang ibu. Di sebelah kananku kulihat komedi putar yang menyala-nyala. Ingin rasanya aku menaikinya. Aku ingin berada di atas sana. Melihat sekelilingku, tanpa tahu dengan jelas siapa yang sedang aku lihat.

Sudah hampir dua jam aku mengelilingi pasar malam. Tak jelas arah dan tujuan. Ah! Tak peduli! Yang penting rasa penatku bisa hilang. Kuputuskan untuk membeli permen kapas berwarna pink. Ukurannya sangat besar, sampai-sampai menutupi jarak pandangku.

Aku pun berjalan. Mencoba mencari jalan pulang. Ah! Mengapa tempat ini begitu luas? Ingin rasanya aku bertanya jalan pulang, tetapi aku malu. Aku memang tidak punya teman, dan aku sulit bergaul. Alhasil, aku menjadi orang yang pemalu. Setelah kurang lebih dua puluh menit aku mencari jalan pulang, akhirnya aku menemukannya. Aku pun mengayunkan kedua kakiku lebih panjang. 

Langkahku tiba-tiba terhenti di depan sebuah toko pecah belah. Entah kenapa aku tiba-tiba tertarik untuk menginjakkan kakiku di toko itu. Mataku terpana melihat kilauan gelas yang terkena sinar lampu itu. Indahnya! Di sana aku tertarik pada suatu gelas berbentuk unik. Tak jelas bentuknya, namun aku ingin sekali membeli gelas tersebut. Aku ingin memberikannya padanya. 

Uang saku yang kuterima dari orang tuaku kusisihkan sedikit demi sedikit untuk membeli gelas itu. Aku pun rela tak membeli makanan apapun saat istirahat tiba. Ya, tak apa. Aku ingin membeli gelas itu untuknya.

***

Tak terasa sudah satu bulan. Uang yang aku sisihkan ternyata sudah lebih dari cukup untuk membeli gelas itu. Aku pun langsung mendatangi toko itu lagi, berharap gelas itu belum terbeli oleh siapapun. Aku bisa bernapas lega. Gelas itu masih ada. Aku pun langsung membelinya.

Keesokan harinya, aku memberikan gelas itu padanya.

"Tolong jaga gelas ini. Jangan menaruhnya terlalu tinggi. Karena ia mudah pecah. Simpanlah di tempat yang sekiranya terjangkau dan tidak akan pecah jika ia terjatuh." Pesanku.

"Oh, iya. Aku akan menjaganya. Akan kutaruh di tempat yang aman. Terima kasih, ya."

Aku merasa tenang setelah mendengar bahwa ia akan menjaga gelas itu.

Tetapi suatu hari..
Tiba-tiba....


*to be continued

Komentar

Posting Komentar

Write your comment here ;)

Postingan populer dari blog ini

Menunggu dan Menanti

Rasa

Tanya Qalbu