Postingan

Tanya Qalbu

Pagi Kala embun mesra bercinta dengan daun Saat fajar lembut membelai Dan angin sejuk menyapa Aku bisikkan cerita penuh rahasia Tentang gerisik hati yang sarat akan bahagia Mereka menyimak dengan seksama Entah di bagian mana harus kubuka Dan dengan isyarat seperti apa harus kumulai Aku tak tahu! Kucoba teguhkan telapak kaki yang dingin Susuri letak-letik sudut bumi Berharap jumpai jawab Aku melakukannya bukan karena aku mau Tapi ini perintah rindu Titah qalbu Dan di luar mampuku Rindu ini telah menjadi candu Mengakar hingga ke dasar Aku harus bagaimana? Kucoba tirakatkan hati pada tunggu Dari rindu yang makin menggebu Pada diam, malam, dan waktu Dan berharap Tuhan meng-aamiin-i pintaku Untuk membersamaimu menyemai rindu itu Mari kita curangi waktu Jadikan kentara semua yang semula abu Mulai dari asa hingga rasa Untuk sudahi resah ini Bersediakah kau terangi ruang itu Ruang rindu biar tak meng-abu Bandung; titik minus 12.2.17 / 15.5.38 By: Anna

Hei! Kau!

hei! kau yang sedang berdiri di sana! usahlah kau resah kau tak sedang berdiri di tepian jurang kau hanya sedang berteduh di bawah pohon rindang hei! kau yang sedang duduk di sana! usahlah kau cemas kau tidak sedang berada dalam ambang kematian kau hanya sedang menikmati birunya lautan hei! kau yang sedang di sana! usahlah kau risau kau tidak sedang terjebak dalam badai kau hanya sedang menanti datangnya musim semi hei! kau yang ada di sana! usahlah kau gelisah di depanmu tak ada tanda seru yang berarti Lodaya, 13041438 10.56

Imajinasi

Imajinasi meliar Melanglang buana entah kemana Kau selalu ikut serta Tak pernah alpa ________________ 16.10.16

Hati-Hati!

Hati-hati dengan perempuan! Ia panjang ingatan Meskipun ia bukan sejarawan Hati-hati dengan penulis! Jika kau membuatnya bahagia atau menangis Kau akan abadi dalam karyanya Hati-hati dengan pendongeng! Karena dia akan mudah bercerita Tentang baik pun burukmu Hati-hati denganku! Karena aku mungkin bagian Dari orang-orang yang kuceritakan di atas Hati-Hati!

Siluet

Izinkan aku berkawan dengan sang malam Hanyut membawaku pada tentram Bintang tiada, langit menghitam Kelam Langit bicara Awan bercerita Gelap mencerca Gulita menyiksa Gerimis tak mau bersekutu Aku menopang dagu di ambang pintu Memandangi orang di depanku Sedikit lama, hingga aku lupa waktu Sesekali ia terkena cahaya Dari kendaraan yang lalu-lalang melewatinya Sejak saat itu aku tahu kalau itu pria Aku melihatnya membawa buket Entah untuk siapa Yang jelas, itu bukan bunga duka Haruskah aku bertanya? Gerimis mulai berhenti Jangan harap ada pelangi! Karena ini malam hari Hey! Kau yang masih berupa siluet Mungkinkah kau hendak kesini? Pangauban, 02.11.16

Setahun Lalu

Aku ingat setahun lalu Kita bertemu di suatu perjamuan Tak resmi, memang Tetapi terasa begitu kaku Saat itu Aku bersama temanku Kau pun bersama temanmu Tak pernah sekalipun Bola mata kita bertemu Haha! Apa daya, aku tak kuasa Aku hanya bisa mencuri tatap Dari setiap kesempatan yang ada Oh! Sekadar bilang 'hai' saja aku malu Aku hanya diam membisu, pura-pura tak melihatmu Menghindarimu Ah! Aku hanya bisa tersipu Sampai akhirnya aku kembali Aku harus cukup puas Hanya dengan perhatikanmu Dari jauh

Rasa

Biarkan malam yang bercerita Melalui bintang yang mewarnai gelapnya Tentang sebuah rasa Terbalut asa bertujuan Surga | Ini semua di luar batas sebab Akupun tak punya kuasa untuk membendungnya Tapi aku lebih memilih untuk diam Karena aku yakin dan tau ini bukan saatnya | Tak pernah teralpakan olehku Bersemayam syahdu di sudut ruang Rindu Yang tak terjamah sesiapa kecuali aku Dan takkan berpadu kecuali itu denganmu | Aku ingin berkolusi dengan waktu Merangkai lancangku menyengerakan semogaku Ah! Andai kutahu bagaimana cara memintal masa Pasti akan ku ikat dengan ikatan yang kuat, asalkan itu denganmu | Tuhan! Hanya melalui penentuan-Mu aku gantungkan harapanku Kumohon indahkanlah pintaku Untuk menyempurnakan Dien-Mu Dengannya, satu yang selalu kurindu | | | Bumi Allah, 20 Agustus 2K16 By: Annan dan Aniri