Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Gelas Kaca

Gambar
Sudah kubilang, jangan menaruh gelas itu terlalu tinggi! Minggu kelabu. Kuputuskan untuk pergi ke pasar malam. Sendiri. Mencoba menjernihkan pikiranku yang sedang kalut. Ramainya pasar malam ternyata tak membuat pikiranku jauh lebih baik. Arrghh! Ternyata aku sudah salah tempat. Kulihat seorang anak kecil yang merengek meminta permen kapas warna-warni kepada ibunya. Tetapi nampaknya keinginannya tak dapat dikabulkan oleh sang ibu. Di sebelah kananku kulihat komedi putar yang menyala-nyala. Ingin rasanya aku menaikinya. Aku ingin berada di atas sana. Melihat sekelilingku, tanpa tahu dengan jelas siapa yang sedang aku lihat. Sudah hampir dua jam aku mengelilingi pasar malam. Tak jelas arah dan tujuan. Ah! Tak peduli! Yang penting rasa penatku bisa hilang. Kuputuskan untuk membeli permen kapas berwarna pink. Ukurannya sangat besar, sampai-sampai menutupi jarak pandangku. Aku pun berjalan. Mencoba mencari jalan pulang. Ah! Mengapa tempat ini begitu luas? Ingin rasanya

Satu-satunya Pilihan

Tak selamanya niat baikmu disambut dengan tangan terbuka.. Tak selamanya benih yang kau tanam akan berbuah.. Jatuh, sakit, gagal, itu semua hal yang biasa.. Yang menjadi penting sekarang adalah bagaimana kau bisa bangkit.. Dan yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana kau bisa mengambil pelajaran dari peristiwa masa lalu yang buruk agar tak terjadi lagi di kemudian hari.. Teruslah berjuang, karena hanya itulah satu-satunya pilihan.. -A.J.-

Sampai Kapan?

terpaku menatap jarum jam ;bergerak tetapi aku diam tak bisakah ikuti arah paling tidak arah jarum jam ah! entahlah! mengapa semuanya serba entah? hanya bisa menghela nafas berat sesak harus sampai kapan? Bangkalan, 25 Februari 2014

In Memoriam of 14 Part II

            Bismillaahi ar-rahmaani ar-rahiimi.             Jangan gunakan mata untuk membacanya!             Tapi, gunakan hati untuk membacanya!             # Pelepasan…             Hari demi hari telah dilewati. Beribu rintangan telah dilalui. Berjuta hambatan telah disambangi. Tibalah kita semua untuk melepaskan diri. Dari sebuah tempat yang sudah memberikan banyak pelajaran dan kenangan yang berarti. Semua itu pasti terpatri dalam hati dan akan terngiang-ngiang dalam memori.             Batik merah. Baju itulah yang kita kenakan ketika pelepasan santri. Batik merah yang dipadu padankan dengan bawahan hitam, menambah kesan ‘elegant’ pada tiap-tiap santri lulusan angkatan 14. Semuanya nampak senada. Indah.             Para asatidz ikut menjadi saksi atas kebahagiaan kita. Dengan berbalut kain batik coklat, satu per satu asatidz memasuki aula. Kupandangi wajah satu per satu asatidz itu. Yaa Rabb, wajah inilah yang telah membantuku hingga mencapai titik ini. Wajah-waj