My Story about Design

Pen cerita tentang pertama kali gue bisa design nih! Boleh ya, boleh? =D

Semua berawal semenjak negara api menyerang. Wkwkwk. Nggak, ding! Kidding! =D Iya jadi gini ceritanya. Dulu pas ane duduk di bangku SMA kelas X atau XI ada perekrutan tim lab komputer, namanya LabJar (Laboratorium Jaringan). Nggak sembarang orang bisa masuk tim itu. Dan entah kenapa ane jadi salah satu orang yang terpilih untuk masuk di tim itu.

Semenjak masuk di tim LabJar itu, ane jadi orang sibuk dah! *gayanya*. Gimana gak sibuk coba? Selesai KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) itu jam 14.30 tepat, terus langsung ke Lab sampai menjelang maghrib. Capek sih sebenernya, tapi manfaatnya buanyak deh! 

Nah, nah, nah. Semua anggota LabJar wajib mendalami salah satu diantara Adobe Photoshop, CorelDRAW, atau Flash. Pada saat itu ane mutusin untuk memperdalam CorelDRAW X4. Ane diajarin dasar-dasarnya doank. Selebihnya ane belajar sendiri alias otodidak.

Semenjak ane bisa ngoprek CorelDRAW, semenjak itulah ane jadi designer dadakan. Kebetulan juga ane jadi Sekretaris di UG (Ummahaatul Ghad)*, nah tiap ada event-event tuh pastinya butuh pamflet, banner, de el el kan yaa? Dan ane yang jadi sasarannya. Booklet (buku angkatan) pun ane yang ambil alih karena angkatan ane gak mau keluar banyak uang buat nyewa designer dari luar. Hohoho. -__-

Dan tahukah? Sampai sekarang itu masih berlanjut..

Tanya donk, keberatan atau nggak! :3 
Kalau ditanya soal keberatan sih, nggak. Malah seneng. Soalnya bisa bermanfaat buat orang lain. Tapi kadang ane ngerasa minder sama hasil karya ane sendiri. Soalnya design ane itu standar, flat, gitu-gitu aja. Hehe. Tapi gapapa, ane tetep proud kok sama hasil design ane!

Ini nih, contoh design ane. ^^






Biasa aja kan ya? Hehe. Meskipun bisanya cuma gitu-gitu doank tapi ane tetep bangga dan tetep pengen bermanfaat bagi orang lain. ^^
*di sekolah lain namanya OSIS-- Bukan ISIS ya! =3

Komentar

Posting Komentar

Write your comment here ;)

Postingan populer dari blog ini

Menunggu dan Menanti

Aku benci melihat punggung seseorang, melihatnya pergi, lalu menanti sendiri. Mengapa? Karena pada akhirnya dia pergi tanpa kembali. Entah berapa lama aku terdiam di sini. Menunggunya di ujung lampu merah itu. Jangan tanya alasan mengapa aku menunggunya. Karena itu masih jadi pertanyaan buatku. Kau tahu? Dia bahkan tak meminta aku menunggu. Lalu mengapa aku masih menunggu? Semuanya berdimensi keentahan. Semuanya tak beralasan. Hanya ingin menunggu. Itu saja. Tetapi sebenarnya ada alasan mendasar di balik itu semua. Klasik. Tak perlu aku jelaskan. Waktu berlalu. Aku berusaha melupakan semuanya. Mencoba bertahan sekuat yang aku mampu. Untuk beberapa saat aku bisa melupakannya. Tetapi lagi dan lagi memori itu terpanggil. Dengan sendirinya. Bagaimana tidak? Semua yang aku lihat berhubungan denganmu. Itu membuatku memiliki waktu yang sulit. Aku kuat! Ya, kuat. Aku selalu mencoba untuk tersenyum. Seolah semua baik-baik saja dan tak pernah terjadi apa-apa. Ah! Bagaimanapun aku be
Baca selengkapnya

Rasa

Biarkan malam yang bercerita Melalui bintang yang mewarnai gelapnya Tentang sebuah rasa Terbalut asa bertujuan Surga | Ini semua di luar batas sebab Akupun tak punya kuasa untuk membendungnya Tapi aku lebih memilih untuk diam Karena aku yakin dan tau ini bukan saatnya | Tak pernah teralpakan olehku Bersemayam syahdu di sudut ruang Rindu Yang tak terjamah sesiapa kecuali aku Dan takkan berpadu kecuali itu denganmu | Aku ingin berkolusi dengan waktu Merangkai lancangku menyengerakan semogaku Ah! Andai kutahu bagaimana cara memintal masa Pasti akan ku ikat dengan ikatan yang kuat, asalkan itu denganmu | Tuhan! Hanya melalui penentuan-Mu aku gantungkan harapanku Kumohon indahkanlah pintaku Untuk menyempurnakan Dien-Mu Dengannya, satu yang selalu kurindu | | | Bumi Allah, 20 Agustus 2K16 By: Annan dan Aniri
Baca selengkapnya

Tanya Qalbu

Pagi Kala embun mesra bercinta dengan daun Saat fajar lembut membelai Dan angin sejuk menyapa Aku bisikkan cerita penuh rahasia Tentang gerisik hati yang sarat akan bahagia Mereka menyimak dengan seksama Entah di bagian mana harus kubuka Dan dengan isyarat seperti apa harus kumulai Aku tak tahu! Kucoba teguhkan telapak kaki yang dingin Susuri letak-letik sudut bumi Berharap jumpai jawab Aku melakukannya bukan karena aku mau Tapi ini perintah rindu Titah qalbu Dan di luar mampuku Rindu ini telah menjadi candu Mengakar hingga ke dasar Aku harus bagaimana? Kucoba tirakatkan hati pada tunggu Dari rindu yang makin menggebu Pada diam, malam, dan waktu Dan berharap Tuhan meng-aamiin-i pintaku Untuk membersamaimu menyemai rindu itu Mari kita curangi waktu Jadikan kentara semua yang semula abu Mulai dari asa hingga rasa Untuk sudahi resah ini Bersediakah kau terangi ruang itu Ruang rindu biar tak meng-abu Bandung; titik minus 12.2.17 / 15.5.38 By: Anna
Baca selengkapnya