Ulang Tahunan? Nggak Zaman!

Beberapa tahun ini gw sering mengabaikan notif fb yang ada kaitannya sama ultah. Sebenernya nggak mengabaikan banget, sih. Kadang dibuka juga untuk sekadar tahu aja. Cuma buka notif ultah, lihat si A umurnya segini, si B segini, dan si C segini. Just it. Langsung pindah ke beranda lagi. Bukannya nggak peduli atau lupa sama hari lahir kerabat dekat. Juga bukan cuek atau nggak mau do’ain temen gw yang lagi ultah. You know meen, gw ngedo’ain temen-temen gw bukan pas hari lahirnya doank. Kalau boleh jujur, gw ngedo’ain temen-temen gw tiap hari. Jadi jangan marah ya kalau nggak dapet ucapan selamat dari gw. Aslinya gw tetep inget, kok. Cuma do’a gw itu khusus. Tahu, ‘kan? Kalau sebaik-baik do’a itu adalah do’a yang mana orang yang dido’akan itu tidak tahu kalau dia sedang dido’akan. =D ({})

Lebih dari itu, ngucapin ke orang yang ultah itu menurut gw pribadi sih nggak boleh. Entah itu ‘HBD’, ‘met milad’, ‘dirgahayu’, atau bahasa arab yang keren. Apapun bahasanya, tetep sama kan intinya ngucapin ‘Happy Birthday’. Dan buat kamu-kamu yang muslim, ‘ulang tahun’ itu budayanya tetangga sebelah, alias nonis (baca: non-Islam). Udah jelas banget, ‘kan, pengharaman atas mengikuti budaya orang selain Islam? Bisa lihat di kitab Buluughul Maraam tuh, gw lupa bab apa. Yang jelas haditsnya shahih. Ini bunyinya: “man tasyabbaha biqaumin fahuwa minhum.”. Yang artinya kurang lebih gini: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia merupakan bagian dari padanya.” Nah nah nah, udah jelas pake sekali, kalau ikut-ikutan tradisinya nonis itu nggak boleh, pemirsaa.

Tapi nih, Januari kemarin, banyak yang ngucapin ‘HBD’, ‘Met milad’, “baarakallaahu fiiy ‘umrik”, de es be di TL gw. Daaan gw masih belum bisa tegas. Masih ngebales do’anya mereka yang ngucapin. Itu kan do’a juga, ya gw aamiin-in dan bilang makasih tentunya. Yaa gw sih husnu-zhan aja, mungkin tiap hari mereka ngedo’ain gw, Cuma pas hari lahir gw aja mereka menunjukkannya langsung ke gw sebagai tanda perhatiannya mereka. Iya, ‘kan? Iya, ‘kan? Harus iya ya.

Setelah membaca ini, pasti ada pembaca yang bergumam di hatinya, “Apaan sih? Kan cuma… Kan cuma…” Nah nahh, kata ‘KAN CUMA’ ini nih yang bikin kita enggan berhijrah dari kebiasaan yang gak seharusnya.

Think again! Rasulullaah aja dulu waktu hari kelahirannya nggak dirayakan. Nggak pake tiup lilinan segala. Tahu nggak apa yang Rasulullaah lakukan? Beliau muhasabah diri (introspeksi). Lah, kita? Malah senang-senang. Idealnya sih kita muhasabah. Umur yang Allah berikan ke kita selama ini apakah sudah kita pergunakan dengan sebaik-baiknya?

Buat muslim dan muslimah, terutama generasi muda, jangan main ikut-ikutan sesuatu. Telusuri dulu sampai benar-benar yakin. Nggak boleh ada yang terlewat. A sampai Z harus dibaca satu-satu. Kalau masih belum yakin masalah ‘hari ultah’ ini, silahkan cari referensi lain. Di Mbah Google bejibun tuh referensinya. Jangan bangga ketika kamu jadi kaum sosialita tetapi hanya ikut-ikutan semata. =D


Buat yang sering baca tulisan gw, pasti tahu tentang hal ini. Gw gak pernah ada niat untuk menyinggung dan menyindir siapapun. Cuma mengingatkan dan mencoba untuk membuka pikiran sebagian atau semua orang. So, yang nggak setuju santai aja kayak di pantai. B-)

Kalau ada yang tersinggung, ya maaf-maaf aja. Beneran nggak maksud nyinggung atau nyindir, kok. Kalau ada yang marah, gak apa-apa. Sadar diri juga, kok. Gw hidup di zaman yang serba salah. Niatnya mengingatkan disangka lebay dan so’ alim. Diam disangka acuh dan ditanya, ‘katanya aktivis da’wah, tapi hal sekecil itu kok dibiarin?’. Enggak serba salah gimana coba?

Akhir kata, semoga kita dapat tersadari. Ibarat makan baso, kita nggak boleh makan bakso itu bulat-bulat. Nanti malah keselek. Artinya apa? Jangan mengikuti budaya-budaya yang kita tidak tahu asal-usulnya. Selidiki dulu, jika sudah yakin tidak ada yang bertentangan dengan agama kita, just do it! That’s so simple.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menunggu dan Menanti

Rasa

Tanya Qalbu